KESANTUNAN BERBAHASA MASYARAKAT PESISIR KOTA BENGKULU

Authors

  • Tri Dina Ariyanti Program Studi Manajemen Universitas Dehasen Bengkulu
  • Titje Puji Lestari Program Studi Manajemen Universitas Dehasen Bengkulu

Keywords:

Kesantunan, Berbahasa, Masyarakat

Abstract

ABSTRAK
Manusia perlu berkomunikasi dalam berbagai lingkungan di tempat tinggal masyarakat
berada. Begitu juga dengan masyarakat pesisir pantai Kota Bengkulu dianggap oleh
masyarakat lainnya (di luar pesisir pantai) dalam berkomunikasi bahasa yang digunakan
berintonasi tinggi dan tingkat kesantunan dalam berbahasa dirasakan kurang. Jika
sebagian masyarakat (selain masyarakat pesisir pantai) beranggapan bahwa kesantunan
berbahasa yang digunakan masyarakat pesisir pantai kurang, hal ini merupakan
permasalahan yang perlu diteliti untuk menghindari anggapan negatif masyarakat
lainnya. Maka, perlu adanya penelitian untuk membuktikan perihal kesantunan
berbahasa tersebut. Hasil penelitian beberapa data di Pasar Bengkulu terdapat maksim
simpati yang mengharuskan seseorang untuk bersikap simpati atau memberikan
perhatian yang khusus kepada masalah yang sedang dihadapi, maksim penghargaan
mengajarkan seseorang untuk tidak sesekali mengejek orang lain sehingga lebih
menghargai orang lain. Begitu juga dengan maksim kesederhanaan yang mengajarkan
untuk tidak mengunggulkan diri sendiri dan selalu memuji orang lain. Pada Kelurahan
Pondok Besi pemilihan kata atau kata yang diucapkan anak kepada orang tuanya
tergolong tidak sopan karena tidak adanya butir-butir kesantunan, tata cara maupun
perilaku yang ditunjukkan anak kepada orang tuanya. Kesantunan Berbahasa
masyarakat Kelurahan Pondok Besi tergolong dalam Maksim kerendahan hati karena
Peserta tutur dalam mematuhi maksim ini harus meminimalkan pujian untuk diri
sendiri dan berusaha merendahkan diri sendiri. Hal ini dilakukan untuk mengurangi
rasa sombong sehingga kesantunan dalam percakapan dapat terjadi. Pada masyarakat
Kelurahan Malabero terdapat penutur yang cara berbicaranya aktif, maksud aktif yakni
berbicara selalu menggerakkan tubuhnya baik itu mulut, tangan atau anggota lain
untuk mendukung tuturannya agar sampai dan dapat dimengerti oleh lawan tuturnya.
Kemudian terdapat pula penyimpangan maksim pujian karena sama dengan tuturan
sebelumnya yang telah dibahas berdasarkan teori Leech bahwa penyimpangan maksim
pujian tersebut adalah adanya penghinaan, cemooh, ataupun makian. Masyarakat
Sumur Meleleh berdasarkan analisis prinsip kesantunan oleh Leech ada 6 maksim, dalam
tuturan percakapan 2 Sumur Meleleh ini tergolong ke dalam maksim pujian. Maksim
pujian sendiri yaitu maksim yang memberikan apresiasi atau pujian kepada lawan
tuturnya. Simpulan penelitian kesantunan berbahasa masyarakat pesisir pantai di kota
Bengkulu yang dipengaruhi oleh intonasi, nada suara, logat, ekspresi wajah banyak yang
tergolong ke dalam kurangnya kesantunan tersebut. Hal tersebut terjadi dikarenakan
faktor pada saat bertutur masyarakat pesisir Bengkulu berbicara dengan suara yang
keras, kata sapaan yang digunakan untuk yang lebih tua, seumuran hingga yang lebih
muda kurang tepat.

Downloads

Published

2018-07-05

Issue

Section

Articles
Abstract viewed = 1033 times